Sejarah Pendidikan Di Afghanistan
Salah satu sekolah tertua di Afghanistan ialah Habibia High School di kerelaan, yang dibentuk oleh Raja Habibullah Khan pada tahun 1903 guna menempa pelajar dari golongan elit bangsa. Pada 1920-an, Sekolah Menengah Amani yang disertaai Jerman dibuka di kerelaan, serta kurang lebih satu dasawarsa selanjutnya 2 lycées (sekolah menengah) Prancis diawali, AEFE serta Lycée Esteqlal. Universitas kerelaan pada tahun 1932. HomeSchooling Di Tangerang Selatan
Pembelajaran ditingkatkan di dasar pemerintahan Raja Zahir Shah antara tahun 1933 serta 1973, [19] membikin sekolah dasar ada guna kurang lebih separuh populasi yang lebih kecil dari 12 tahun serta menambahkan sistem sekolah menengah serta Universitas kerelaan. Dari 10,3 milyard penduduk Afghanistan. dihabiskan guna "plan 5 Tahun" mula-mula (1956-1962), "7,7% dialokasikan guna pembelajaran serta kesehatan ketimbang dengan 49,5% guna pengiriman serta komunikasi, 26,5% guna pengembangan pabrik, 12,6% guna pertanian, serta 3,8% guna lain-lain karier pembangunan."[20] Pada akhir program, "jumlah pelajar (SD, SMP, serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)) memuncak dari 96,34 sebagai 169,06 per 10.000 masyarakat. Jumlah pelajar yang menerima pembelajaran besar per 10.000 masyarakat, memuncak dari 0,66 sebagai 1,44, dan pembangunan kampus terkini guna Universitas kerelaan didapat ganti.[21] sesudah Taliban mengambil alih pada tahun 2021, jumlah pelajar yang memperoleh pembelajaran besar per 10.000 orang menyusut selaku substansial.[22] tentang ini difaktorkan guna kehilangan karier pendukung dana kuliah mereka yang berkecukupan di pemerintahan sebelumnya.Banyak dari pelajar serta meninggalkan negeri itu.
Sepanjang Republik Demokratik Afghanistan, penguasa Partai masyarakat Demokratik Afghanistan (PDPA) mereformasi sistem pembelajaran; pembelajaran diutamakan guna kedua tipe genitalia, serta program keaksaraan lapang dibuat.
Sehabis penggulingan Taliban pada akhir tahun 2001, pemerintahan Karzai menerima sokongan universal yang kasar guna mengembalikan sistem pembelajaran. kurang lebih 7.000 sekolah berpraktik di 20 dari 32 provinsi pada akhir tahun 2003, dengan 27.000 guru membimbing 4,2 juta anak (terhitung 1,2 juta anak wanita).[19] Dari jumlah itu, kurang lebih 3,9 juta berkecukupan di sekolah dasar.[19]
Diperkirakan 57 persen laki-laki serta 86 persen wanita diberitakan awam huruf, serta terbatasnya pekerja pandai serta intelek yaitu kehilangan ekonomi yang besar.[19] selagi Universitas penerimaan dibuka lagi pada tahun 2002, kurang lebih 24.000 pelajar laki-laki serta perempuan mencatat guna pembelajaran tinggi.[19] selagi itu, 5 universitas yang lain selagi direhabilitasi. Kurikulum sekolah lumrah memasukkan mata pelajaran tapi instruksi rinci diserahkan terhadap guru.[19] HomeSchooling Di Tangerang Selatan
Comments
Post a Comment